Antena, Radio, linear Homebrow
Linear 200-250 Watt
Antena dan Radio
Mengetahui karakter kabel coaxial yang kita pergunakan sebagai penghantar transmisi ke antenna sangat diperlukan sekali karena pengaruhnya sangat besar terhadap daya pancar transciever yang kita pergunakan. Setiap tipe kabel akan memiliki kerugian yang berbeda, semakin panjang kabel coaxial semakin besar kerugiannya dan semakin tinggi ferkwensi semakin besar kerugian (biasanya dikenal dengan matched loss dengan ukuran db). Transciever dengan daya pancar 100 watt akan terpancarkan di antenna mungkin hanya 70 watt , 30 watt adalah kerugian yang dapat ditimbulkan oleh tipe kabel, tidak matchingnya kabel dan antenna pada frekwensi yang dipergunakan.
Untuk memaksimalkan daya pancar transciever ada 3 hal yang harus anda perhatikan :
- Tipe kabel yang akan dipergunakan.
- Frekwensi dimana anda akan bekerja.
- Antenna.
Type kabel yang akan dipergunakan (lihat tabel dibawah ) :
Pilih kabel sesuai
dengan kemampuan kantong anda (semakin mahal umumnya kualitas kabel lebih baik
dibandingkan dengan yang harganya murah). Pilih
kabel dengan
impedansi 50 ohm dan Velocity Factor (VF)-nya tinggi. Semakin tinggi VF
semakin kecil kerugian pada kabel (kerugian pada kabel ditunjukkan dalam
dB, lihat tabel dibawah). Tipe RG-8 yang VF-nya tinggi antara lain :
Belden 7810A, 9913, 7808A, TMS LMR-400. Sedangkan yang Hardline seperti
Heliax
LDF-4,5, dan 6 (harganya mahal). Setelah anda memilih
kabel, anda harus men-trim/load kabel tersebut agar matching di
frekwensi dimana anda akan bekerja. Untuk men-load kabel
(banyak cara yang dilakukan teman-teman untuk men-load kabel). Siapkan dummy
load dan SWR meter atau Analyzer jika ada. Ada beberapa cara mentrim/load
kabel, antara lain :
Dengan cara mengukur
panjang kabel berdasarkan kelipatan genap dari 1/4 lambda ( untuk kabel baru )
:
misalnya : kabel coaxial Belden 9913 dengan VF 84%
( 75/frek.) x VF = ............. meter
( 75/143.500 MHz) x 0,84 = 0,4390 m
Anda memiliki ketinggian antena 18 m dan dari tiang antena ke radio anda dibutuhkan 4 m, berarti panjang kabel yang diperlukan adalah 22 meter, panjang kabel dengan matched loss-nya kecil adalah :
0,4390 m x 50 = 21,95 m
Setelah kabel tersebut
telah anda potong sepanjang 21,95 m pasanglah konektor pada kedua ujung kabel
(solder secara permanen salah satu ujung kabel yang telah terpasang konektor,
sedangkan ujung yang satunya lagi jangan disolder permanen, gunanya untuk
mempermudah pemotongan kabel).
Lakukan pengujian dengan cara sebagai berikut :
Hubungkan radio anda
dengan SWR meter, kabel coaxial yang telah dipotong tersebut dan ujungnya
pasang dummy load. Setelah semuanya terpasang hidupkan radio dan transmitkan
(gunakan watt kecil), lihat jarum SWR menunjukkan pada angka berapa (terbaik
adalah 1:1) dan perhatikan juga berapa power reflektor (semakin kecil semakin
baik). Apabila jarum pada SWR menunjukkan angka lebih dari 1:1 lakukan
pemotongan kabel sedikit demi sedikit (disarankan per 1 inchi), setelah
dipotong lihat kembali SWR apakah angka SWR nya naik atau turun, kalau turun
lakukan pemotongan lagi sampai jarum SWR menunjuk pada angka 1:1 atau lebih
kecil. Jangan paksakan pemotongan sampai jarum menunjukkan angka 1:0 karena
apabila anda kelebihan memotongnya melampaui titik matching maka SWR akan naik
kembali dan anda harus mengulang proses pemotongan sampai ditemukan SWR
terkecil tersebut. Apabila pada proses pemotongan pertama tadi , SWR nya naik
maka anda harus memotong kabel tersebut sampai ketemu titik matchingnya. Kabel
yang baik (belum kena sambaran petir misalnya) biasa dikelipatan sekian MHz
akan ketemu titik matchingnya.
Setelah kabel anda matching pada frekwensi dimana anda bekerja baru lakukan penge-tune-an antenna.
MODIF SWR MALDOL
PEMANCAR TELEVISI 30 KWatt dan 120 KWatt
Impedansi dan Reaktansi
Apa itu impedansi?Pertanyaan tersebut diberikan oleh tim penguji kepada saya, saat seminar tugas akhir beberapa tahun yang lalu. Apa jawaban saya? gak perlulah disebut disini dan cukup panjang saya menjawabnya, padahal jawaban yang diminta sangat singkat, kata penguji,
impedansi adalah Z = R + jX.
Kemudian, dari beberapa referensi saya kumpulkan
artikel mengenai impedansi dan salah satunya menemukan artikel sangat
bagus yang saya kutip dari blog Inalocku
Saya simpulkan:
Maka ketemulah rumus impedansi:
Z = R + jX
Z = R + jXL
Z = R + jXC
Z = R + jXL + jXC
Z = R + j(XL + XC)
Resistansi, reaktansi dan impedansi
merupakan istilah yang mengacu pada karakteristik dalam rangkaian yang
bersifat melawan arus listrik. Resistansi merupakan tahanan yang
diberikan oleh resistor. Reaktansi merupakan tahanan yang bersifat
reaksi terhadap perubahan tegangan atau perubahan arus. Nilai tahanannya
berubah sehubungan dengan perbedaan fase dari tegangan dan arus. Selain
itu reaktansi tidak mendisipasi energi. Sedangkan impedansi mengacu
pada keseluruhan dari sifat tahanan terhadap arus baik mencakup
resistansi, reaktansi atau keduanya. Ketiga jenis tahanan ini
diekspresikan dalam satuan ohm.
Saya simpulkan:
- Resistansi, reaktansi dan impedansi, ketiganya sama-sama bersifat melawan arus listrik dengan satuannya Ohm
- Resistansi berasal dari resistor, simbolnya R
- Reaktansi bisa berasal dari induktor dan (atau) kapasitor, yang bereaksi bila dihubungkan dengan tegangan bolak-balik (VAC), simbolnya X
- Reaktansi yang berasal dari induktor disebut reaktansi induktif. Induktor simbolnya L, sehingga reaktansi induktif simbolnya XL
- Reaktansi yang berasal dari kapasitor disebut dengan reaktansi kapasitif. Kapasitor simbolnya C, sehingga reaktansi kapasitif simbolnya XC
- Karena reaktansi hanya bereaksi bila dihubungkan dengan VAC, maka nilai reaktansi merupakan bagian imajiner atau simbolnya menjadi jX. Penjelasan mengenai bagian imejiner silahkan klik di Kenapa ada Bilangan Imajiner pada Ilmu Listrik?
- Impedansi merupakan gabungan resistansi dan reaktansi, simbolnya Z.
Maka ketemulah rumus impedansi:
Z = R + jX
Z = R + jXL
Z = R + jXC
Z = R + jXL + jXC
Z = R + j(XL + XC)
Ringkasan Rumus
- Impedansi Z = R atau XLatau XC(apabila hanya salah satu yang diketahui)
- Impedansi dalam rangkaian seri Z = √(R2 + X2) (apabila R dan salah satu X diketahui)
- Impedansi dalam rangkaian seri Z = √(R2 + (|XL - XC|)2) (apabila R, XL, dan XC seluruhnya diketahui)
- Impedansi dalam semua jenis rangkaian = R + jX (j adalah angka imajiner √(-1))
- Resistansi R = I / ΔV
- Reaktansi induktif XL = 2πƒL = ωL
- Reaktansi kapasitif XC = 1 / 2πƒL = 1 / ωL
Bagian 1 dari 2: Menghitung Resistansi dan Reaktansi
1
Pengertian impedansi. Impedansi dilambangkan dengan simbol Z dan memiliki
satuan Ohm (Ω). Anda dapat mengukur impedansi rangkaian atau komponen elektrik
apa pun. Hasil pengukurannya akan memberitahu Anda seberapa besar rangkaian
tersebut menghambat aliran elektron (arus). Ada dua efek berbeda yang
memperlambat laju arus, kedua-duanya berkontribusi terhadap impedansi:[1]
- Resistansi (R) atau Hambatan adalah perlambatan arus yang disebabkan oleh bahan dan bentuk dari komponen. Efek ini paling besar terdapat di resistor, meski seluruh komponen pasti memiliki setidaknya sedikit hambatan.
- Reaktansi (X) adalah perlambatan arus dikarenakan bidang elektrik dan magnetis yang menolak perubahan arus atau tegangan. Efek ini paling signifikan terdapat pada kapasitor dan induktor.
2
Mengulas resistansi. Resistansi adalah konsep dasar dalam bidang studi
elektrik. Anda dapat melihatnya dalam hukum Ohm: ΔV = I * R.[2] Persamaan ini membuat Anda bisa
menghitung nilai-nilai dari variabel-variabel tersebut selama Anda mengetahui
setidaknya dua dari tiga variabelnya. Sebagai contoh, untuk menghitung
resistansi, tulislah rumusnya menjadi R = I / ΔV. Anda juga bisa
menghitung resistansi dengan mudah menggunakan multimeter.
- ΔV adalah tegangan, satuannya Volt (V). Variabel ini juga disebut sebagai perbedaan potensi.
- I adalah arus, satuannya Ampere (A).
- R adalah resistansi, satuannya Ohm (Ω).
3
Cari tahu jenis reaktansi yang harus
dihitung. Reaktansi
hanya terjadi pada rangkaian arus bolak-balik (AC). Sama halnya dengan
resistansi, reaktansi memiliki satuan Ohm (Ω). Ada dua jenis reaktansi yang
terdapat pada komponen-komponen elektrik yang berbeda:
- Reaktansi induktif XL dihasilkan oleh induktor, disebut juga sebagai kumparan atau reaktor. Komponen-komponen tersebut menghasilkan medan magnet yang menolak perubahan arah dalam rangkaian arus bolak-balik.[3] Semakin cepat perubahan arah yang terjadi, semakin besar nilai reaktansi induktif.
- Reaktansi kapasitif XC dihasilkan oleh kapasitor yang menyimpan muatan listrik. Selagi aliran arus dalam rangkaian AC berubah arah, kapasitor akan mengisi dan melepas muatannya secara berulang-ulang. Semakin lama waktu yang dimiliki kapasitor untuk memuat, semakin besar kapasitor akan menolak arus.[4] Oleh karena itu, semakin cepat perubahan arah terjadi, semakin rendah nilai reaktansi kapasitif yang dihasilkan.
4
Hitung reaktansi induktif. Sebagaimana telah dijabarkan di atas, reaktansi
induktif akan meningkat seiring dengan laju perubahan arah arus, atau frekuensi
dari rangkaian. Frekuensi ini dilambangkan dengan simbol ƒ, dan memiliki satuan
Hertz (Hz). Rumus lengkap untuk menghitung reaktansi induktif adalah XL
= 2πƒL, dengan L adalah induktansi dengan satuan Henry (H).[5]
- Induktansi L bergantung pada ciri-ciri induktor yang digunakan, semisal jumlah kumparannya.[6] Anda juga bisa mengukur induktansi secara langsung.
- Apabila Anda mengenali unit lingkaran, bayangkan sebuah arus bolak-balik yang dilambangkan dengan suatu lingkaran, dan satu rotasi penuh 2π radian mewakili satu siklus. Apabila Anda mengalikannya dengan ƒ yang bersatuan Hertz (unit per detik), Anda akan memperoleh hasil dalam radian per detik. Ini adalah kecepatan sudut rangkaian dan dapat dituliskan dalam huruf kecil sebagai omega ω. Anda dapat menulis rumus reaktansi induktif dalam XL=ωL[7]
5
Hitung reaktansi kapasitif. Rumus ini mirip dengan rumus untuk mencari reaktansi
induktif, tapi reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan frekuensi.
Reaktansi kapasitif XC = 1 / 2πƒC.[8] C adalah nilai kapasitansi dari kapasitor,
bersatuan Farad (F).
- Anda dapat mengukur kapasitansi menggunakan multimeter dan beberapa perhitungan dasar.
- Sebagaimana telah dijelaskan di atas, variabel ini dapat dituliskan dalam 1 / ωL.
Bagian 2 dari 2: Menghitung Total Impedansi
1
Jumlahkan resistansi yang berada
pada rangkaian yang sama. Total
impedansi mudah untuk dihitung apabila suatu rangkaian memiliki beberapa
resistor tanpa induktor atau kapasitor. Pertama-tama, ukur nilai resistansi
masing-masing resistor (atau komponen apa pun yang memiliki resistansi), atau
carilah pada diagram rangkaian bagian-bagian yang memiliki label resistansi ohm
(Ω). Jumlahkan sesuai dengan jenis rangkaian antar komponen tersebut:[9]
- Resistor yang terhubung dalam rangkaian seri (ujung-ujungnya terhubung dalam satu jalur kawat) dapat dijumlahkan bersama. Jumlah hambatannya menjadi R = R1 + R2 + R3...
- Resistor yang terhubung dalam rangkaian paralel (tiap resistor memiliki ujung kawat berbeda tapi terhubung dengan rangkaian yang sama) dijumlahkan dalam kebalikan. Jumlah total hambatannya menjadi R = 1 / R1 + 1 / R2 + 1 / R3 ...
2
Jumlahkan nilai reaktansi yang
berada pada rangkaian yang sama. Apabila
hanya terdapat induktor pada suatu rangkaian, atau hanya kapasitor, total
impedansinya adalah sama dengan total reaktansi. Hitunglah sebagai berikut:[10]
- Induktor dalam rangkaian seri: Xtotal = XL1 + XL2 + ...
- Kapasitor dalam rangkaian seri: Ctotal = XC1 + XC2 + ...
- Induktor dalam rangkaian paralel: Xtotal = 1 / (1/XL1 + 1/XL2 ...)
- Kapasitor dalam rangkaian paralel: Ctotal = 1 / (1/XC1 + 1/XC2 ...)

3
Kurangi reaktansi induktif dengan
reaktansi kapasitif untuk memperoleh total reaktansi. Oleh karena efek salah satu reaktansi meningkat
seiring dengan menurunnya efek reaktansi satunya lagi, kedua reaktansi tersebut
cenderung saling mengurangi efek satu sama lain. Untuk mencari nilai totalnya,
kurangi nilai reaktansi yang lebih besar dengan nilai reaktansi yang lebih
kecil.[11]
- Anda akan memperoleh hasil yang sama dari rumus Xtotal = |XC - XL|
4
Menghitung impedansi dari resistansi
dan reaktansi dalam rangkaian seri. Anda tidak
bisa menjumlahkan keduanya karena kedua nilai tersebut berada pada fase yang
berbeda. Artinya, nilai keduanya berubah seiring berjalannya waktu sebagai
bagian dari siklus AC, tapi keduanya mencapai puncak pada waktu yang berbeda.[12] Untungnya, apabila semua komponennya
berada dalam rangkaian seri (hanya terdapat satu kawat), kita dapat menggunakan
rumus sederhana Z = √(R2 + X2).[13]
- Perhitungan di balik rumus ini melibatkan "fasor," meski <a href=”http://www.wikihow.com/Use-the-Pythagorean-Theorem”>sepertinya juga terhubung</a> dengan geometri. Kita bisa melambangkan kedua komponen R dan X sebagai dua sisi dari segitiga siku-siku, dengan impedansi Z sebagai sisi tegaknya.[14][15]
5
Menghitung impedansi dari resistansi
dan reaktansi dalam rangkaian paralel. Ini adalah
cara umum untuk menghitung impedansi, tapi dibutuhkan pemahaman atas
angka-angka kompleks. Ini adalah satu-satunya cara untuk menghitung total
impedansi suatu rangkaian paralel yang melibatkan resistansi dan reaktansi.
- Z = R + jX, dengan j sebagai komponen imajiner: √(-1). Gunakan j alih-alih i untuk menghindari kekeliruan penggunaan dengan I yang melambangkan arus.
- Anda tidak bisa mengombinasikan kedua angka tersebut. Sebagai contoh, suatu impedansi dapat dituliskan sebagai 60Ω + j120Ω.
- Apabila Anda memiliki dua rangkaian seperti ini dalam satu rangkaian seri, Anda dapat menjumlahkan komponen bilangan nyata dan komponen imajiner secara terpisah. Sebagai contoh, apabila Z1 = 60Ω + j120Ω dan terhubung secara seri dengan resistor yang memiliki Z2 = 20Ω, maka Ztota
Impedansi total
(resistansi dan reaktansi) juga dapat dituliskan sebagai bilangan kompleks.
Rangkaian Impedansi Meter

ANTENA PENGARAH

Rangkaian Impedansi Meter
ANTENA PENGARAH
Elemen 1
panjang 101.0 Cm
Elemen 2 panjang 98.7 Cm
Elemen 3
panjang 96.2 Cm
Elemen 4 dan
5 panjang 92.1 Cm
Elemen 6 panjang 90.8 Cm
Elemen 7
panjang 89.5 Cm
Elemen 8 –
13 panjang 88.0 Cm
Dan Jarak
Elemen Dari belakang
Dari 1 ke 2
: 39.4 Cm
Dari 2 ke 3
: 22.1 Cm
Dari 3 ke 4
: 22.9 Cm
Dari 4 ke 5
: 8.0 Cm
Dari 5 ke 6:
41.3 Cm
Dari 6 ke
7,7ke8, 8ke9. 9ke10. 10ke11, 11ke12, 12ke13 sama yaitu : 41.3 Cm
Pembuatan
driven atau T mach Kalau yang asli berbentuk kotak didalamya menggunakan kabel
75 Ohn kecil sekali senyak 3 potongan dan sebuah capasitor. mengguankan tabung
dari paralon dengan kabel 75 Ohm atau antenna tv dengan 3 potongan masing
masing 62 Cm. cara membuatnya Pada ujung kanan (A) di pasang konektor dan ujung
kiri dua buah konektor (B) dan (c) caranya dari ake b di a disorder dengan
konektor Positip dan degatipnya jangan sampai tergabung di b hanya posotipnya
saja , dari b ke c psitipnya saja dan negatipnya di sambungakan danterus dari c
ke b sebelum di sambung positip dan negarip di gabung terus di sorder pada
negate b dan c . jika di cek menggunakan afometer positip dan negatip tidak
nyambung, positi kabel dengan bodi antena nyambung, negate kabel dengan bodi
antenna tidak nyambung, setel itu tutup rapat balloon yang kita buat jangan
sampai air masuk,kemudia di pasang. Setelah semua elemen terpasang termasuk
driven yang terakhir uji coba tau maching, jika anda membuat lebih dari satu
buah antenna sebelumdipasang jumper di macth satu-satu dulu dengan cara
tentunnya menggunakan swr meter dan di geset baut mech kana kiri seimbang ,
usahan mendapat mach lebih kecil jika machnya masih besar coba cek satu persatu
dari elemen dan balon. Jika benar biasanya antara 1.1 sampai 1.3. Setelah itu
baru pemasangan jumper. Jika dua buah antenna jemper petama 1.05 Cm dan jemper
kedua 99.08 Cm. Setelah di uji coba di bawah catatan lokasi tebuka di tidak
terdapat ganguan besi atau logam yang lanyya sekitan jaran 4-5 meter, tinggi
dari tanam lebih dari dua meter kenapa sebab mempengaruhi anda mengatur machir
dan pembacaan skala pada swr meter. Jangan lupa kabel koek di damilood dulu,
Setelah oke barulah pemasangan di tiang antenna. Untuk Antena 17b2 ukuran
panjang elemen sama hanya di tambahkan saja untul elen yang ke 14 -17 jarak
antenna dan panjang elemen sama .


